Sajama Cut akhirnya kembali! Setelah lima tahun sejak Godsigma, band indie rock asal Jakarta ini merilis album keenam mereka bertajuk Cowabunga, yang akan hadir secara digital pada 11 Juli 2025. Tapi jangan buru-buru berpikir ini sekadar comeback biasa.
Album ini nggak cuma jadi rilisan baru, tapi juga terasa seperti semacam penutup bab dan pembuka lembaran. Sebuah rangkuman, refleksi, dan lompatan dari dua dekade perjalanan Sajama Cut. Sejak Apologia hingga Godsigma, energi mereka nggak pernah padam dan Cowabunga hadir sebagai bukti nyatanya.
Balutan Judul yang Ceria, Isi yang Getir dan Dekat
Judul Cowabunga mungkin terkesan fun, tapi isi albumnya justru emosional, getir, dan kadang terasa terlalu dekat. Sajama Cut kembali bermain di wilayah-wilayah familiar: ironi, kerentanan, dan perasaan manusia yang nggak bisa selalu dijelaskan.

Dalam salah satu lagu, ada bait seperti “ku tanggalkan tubuhku untuk kau rekat kembali dengan madu dan air mata”—kalimat yang begitu indah sekaligus menyakitkan. Atau di lagu lain, terselip pengakuan pahit: “neraka adalah orang lain.” Lirik-lirik ini terasa seperti pengakuan personal, tapi sekaligus universal.
Yang menarik, Sajama Cut menyampaikan luka-luka itu bukan lewat nada yang suram, melainkan melalui aransemen yang ritmis dan dinamis. Di Cowabunga, rasa sakit datang dalam bentuk groove yang bisa kamu nikmati meski sambil meringis.
Sajama Cut Makin Groovy, Tapi Tetap Sajama Cut Banget
Secara musikal, album ini memberi ruang lebih besar pada beat dan groove. Sound-nya makin ritmis, tapi tetap dibalut raungan gitar khas Sajama Cut.
Album ini seperti versi yang lebih liar dan hidup dari Godsigma. Tapi yang bikin Cowabunga unik, adalah keberanian mereka dalam mengeksplorasi rasa tanpa kehilangan identitas. Sajama Cut tetap Sajama Cut, tapi dengan pendekatan yang lebih matang dan berani.
Cowabunga Universe: Ketika Setiap Album Punya Karakter Sendiri
Bukan Sajama Cut kalau rilisannya nggak punya konsep nyentrik. Untuk menyambut album ini, mereka memperkenalkan Cowabunga Universe—enam karakter animasi yang mewakili masing-masing album dari Apologia hingga Cowabunga.
Tiap karakter punya nuansa dan energi berbeda, dari yang melankolis dan romantis, sampai yang dewasa dan realis. Karakter ini diperkenalkan lewat artwork single, video lirik, hingga merchandise resmi. Nantinya, konsep ini juga akan merambah ke media sosial dan tur konser mendatang.
Buat kamu yang udah ngikutin Sajama Cut dari awal, Cowabunga Universe adalah nostalgia yang dikemas futuristik. Buat pendengar baru, ini semacam pintu masuk buat mengenal semesta Sajama Cut lebih jauh.
Tracklist Album Cowabunga – Sajama Cut (2025)
- Homili / Menatap Wajah Tuhan
- Kita Terbuat Dari Puing dan Tangisan
- Di Masa Depan Kita Tak Lagi Bermimpi
- Please Wait For Me Forever ∞
- Devosi, Godskin & Kebahagiaan Seutuhnya
- Thee Kian Wie (戴建偉) Ku Temui Mu Di Altar Kedamaian
- Debu-Debu Intan
- Tak Kutemukan Lagi Apa Yang Dapat Dicintai Dari Dunia Ini (Mengheningkan Cinta)
- Telah Kutemukan Lagi Apa Yang Dapat Dicintai Dari Dunia Ini
a. I Believe in Angels, Bro
b. Kau, Aku, dan Rangkulan ‘An Autumn Afternoon’ (Yasujiro Ozu, 1962)
c. Quanzhen
Album yang Nggak Cuma Didengar, Tapi Juga Dirasakan

Cowabunga adalah bukti bahwa Sajama Cut masih terus bergerak—bukan cuma dalam musik, tapi juga dalam cara mereka menyampaikan cerita. Ini album yang bisa bikin kamu mikir, ngerasa, dan mungkin juga nangis dalam diam.
Album ini hadir buat menemani kamu menemukan jawabannya. Atau setidaknya, memberi tahu bahwa kamu nggak sendiri.