Segalanya berawal dari penampilan tak terencana Prince Husein di kanal YouTube Marapthon, saat ia menyanyikan Sweet Scar versi akustik bersama ybrap. Tanpa gimmick dan produksi megah, penampilan itu justru viral—karena terasa jujur dan dekat. Respons publik pun membanjiri kolom komentar dengan satu permintaan yang sama: rilis versi Prince.

Prince Husein

Menjawab itu, Prince Husein merilis “Sweetest Scar”. Bukan sekadar remake, lagu ini adalah versi yang tumbuh dewasa. “Ini bukan versi yang lebih baik, tapi versi yang lebih gue. Versi yang lahir dari perjalanan sendiri,” jelasnya. Bagi Prince, Sweetest Scar adalah perpanjangan dari luka yang tak hilang, tapi kini dimaknai dengan lebih tenang.

Luka yang Terindah

Dalam versi ini, terdapat lirik baru yang ditulis untuk menggambarkan kedalaman rasa yang lebih matang. Lirik seperti “You are the deepest / And maybe I was yours / But why mine cuts through more?” bukan sekadar baris puitis, tapi pengakuan akan luka yang tertinggal dan tak sepenuhnya sembuh. Namun justru di sanalah kejujurannya muncul.

Sweetest Scar tidak bicara tentang melupakan. Ia bicara tentang mengakui bahwa tidak semua luka bisa hilang. Ada luka yang terlalu manis untuk dihapus—dan dalam keheningan yang diolah lewat produksi musik yang lebih tenang dan elektronik yang halus, Prince menciptakan ruang bagi siapa pun untuk merasa dilihat dan didengar.

Versi yang Tumbuh Bersama Waktu

Lagu ini menjadi cara Prince Husein menandai babak baru dalam proses kreatifnya. Bukan hanya tentang suara, tapi tentang rasa. Pendewasaan ini juga menjadi pembuka untuk mini album yang akan dirilis dalam waktu dekat—sebuah proyek yang lahir dari perenungan, bukan sekadar produksi.

Dengan Sweetest Scar, Prince seolah berkata: luka tak harus disembuhkan, tapi bisa dipeluk dan dijalani. Lagu ini sudah tersedia di semua platform digital mulai hari ini. Bukan untuk membuat lupa, tapi untuk mengingat dengan cara yang baru.

Shares: