Setelah perjalanan panjang dalam bermusik, Monita Tahalea kembali hadir dengan Merona—album keempat yang ia rilis pada akhir Juni 2025. Kali ini, ia datang dengan semacam ketenangan yang matang. Bukan sekadar menyanyikan lagu, tapi menyampaikan cerita tentang keberanian untuk melepas dan kedewasaan dalam mencintai.

Album ini terasa seperti sebuah surat terbuka—untuk siapa saja yang pernah belajar menerima, memberi ruang, dan melangkah tanpa dendam. Karena tidak semua yang kita lepaskan harus hilang; kadang, justru di sanalah bentuk cinta paling jujur ditemukan.

Melepaskan, Tapi Tetap Hadir

Merona berisi sembilan lagu yang dirangkai dengan penuh kesadaran. Semuanya tumbuh dari tema besar tentang melepaskan, tanpa menghapus jejak. Lagu-lagu seperti “Merona” dan “Kehidupan” tidak bicara tentang kehilangan sebagai akhir, tapi sebagai proses. Ada kesedihan yang tak ditutupi, tapi juga harapan yang pelan-pelan tumbuh dari luka.

Instagram/@monitatahalea

Kisah dalam album ini tidak selalu besar. Justru datang dari momen-momen sunyi—dari rasa yang tidak sempat diucapkan, atau dari keberanian kecil untuk memberi jalan pada yang lain. Ia tidak meledak-ledak, tapi mengendap dan tinggal lama di hati.

Warna Suara Baru, Tapi Masih Sehangat Dulu

Merona juga menandai keberanian Monita untuk mengeksplorasi suara. Berbeda dari album-album sebelumnya yang lebih akustik dan lembut, kali ini ia memasukkan elemen elektronik dalam produksinya. Tanpa kehilangan kelembutan yang menjadi ciri khas, album ini terdengar lebih tegas, lebih modern, tapi tetap personal.

Nada-nada baru yang muncul bukan sekadar eksperimen bunyi, melainkan pernyataan diri. Bahwa tumbuh itu bukan berarti berubah sepenuhnya—melainkan memperluas ruang tanpa kehilangan pijakan.

Album yang Dipilih Seperti Doa

Tidak semua lagu yang ditulis Monita masuk ke dalam album ini. Hanya sembilan yang akhirnya terpilih—sebuah keputusan yang mencerminkan betapa setiap lagu dalam Merona dipilih dengan penuh pertimbangan. Bukan sekadar mana yang enak didengar, tapi mana yang selaras dengan cerita yang ingin dibagikan.

Instagram/@monitatahalea

Pendekatan ini membuat Merona terasa utuh. Setiap lagu seperti babak dalam satu narasi besar. Ada awalan yang penuh tanya, tengah yang menggugah, dan penutup yang memberi ruang untuk tenang.

Musik yang Tumbuh Bersama Pendengarnya

Lebih dari sekadar album, Merona adalah pengalaman yang hidup bersama waktu. Lagu-lagunya tidak memaksa untuk dipahami saat itu juga. Sebaliknya, mereka tumbuh perlahan—seperti pohon yang akarnya merambat dalam diam.

Monita mengajak pendengarnya untuk tidak buru-buru. Untuk memberi ruang bagi lagu-lagu ini menetap, dan menemukan maknanya sendiri. Karena musik, dalam bentuk paling jujurnya, memang bukan hanya tentang bunyi—tapi tentang perasaan yang tak selalu bisa dijelaskan.

Kenapa Merona Layak Didengar Hari Ini?

Karena ia menyuarakan proses melepas yang mungkin sedang kamu jalani sendiri. Karena nadanya bisa jadi teman, saat kata-kata sudah tak cukup. Karena suara Monita kini datang dengan warna baru yang lebih kaya, tapi tetap menenangkan. Karena album ini bukan cuma musik, tapi semacam pelukan dalam bentuk lain.

Merona kini bisa kamu temukan di berbagai platform musik digital. Dengarkan saat kamu berjalan, saat kamu diam, atau saat kamu butuh seseorang yang tak harus hadir secara fisik. Biarkan lagu-lagu ini mengisi ruang di antara yang telah pergi dan yang masih kamu jaga.

Shares: