Setelah “Damai Mimpi” yang mengintip luka masa kecil, GUNGS alias Raissa Faranda kembali merilis dua lagu baru berjudul “Sesuka Hatimu” dan “Entah Sama.” Tapi ini bukan sekadar rilisan musik dua lagu ini adalah bentuk refleksi personal tentang bagaimana seseorang bisa berada di dua sisi luka: sebagai yang disakiti, sekaligus yang menyakiti.

Raissa Faranda

Raissa merangkum perasaan itu dengan satu kalimat sederhana tapi tajam: “For those who hurt, for those who are hurt, for me who hurt, and for me who was hurt.”

Ini bukan pengakuan, tapi semacam penyadaran. Tentang betapa rumitnya dinamika relasi, dan betapa pentingnya mengakui sisi gelap diri sendiri.

“Sesuka Hatimu” – Marah yang Sudah Terlambat

Lagu ini berangkat dari obrolan Raissa dengan temannya tentang orang-orang yang sempat hadir di hidupnya menilai tanpa tahu proses, mengomentari tanpa pernah benar-benar peduli.

“Sesuka Hatimu” jadi ruang untuk bersuara setelah terlalu lama diam. Dengan format band penuh, nadanya terdengar tegas dan konfrontatif, tapi tetap menjaga kendali. Ini bukan amarah yang meledak-ledak, melainkan bentuk ketegasan yang lahir dari kelelahan emosional.

Di balik aransemen yang tegas, lagu ini menyimpan satu pesan penting: mengenali batas diri adalah langkah awal untuk menyembuhkan.

Entah Sama” – Hening yang Menyentuh

Berbeda dari “Sesuka Hatimu,” lagu ini hadir dengan piano sebagai instrumen utama. Nuansanya pelan, tenang, dan menenangkan. Seolah mengajak pendengarnya duduk, diam sebentar, dan memikirkan ulang semua yang sudah terjadi.

“Entah Sama” menangkap ruang-ruang abu-abu dalam relasi. Tentang kesedihan yang tak sempat didefinisikan, tentang kecewa yang tak tahu harus diarahkan ke siapa. Raissa tak mencoba memberi jawaban, ia justru mengajak pendengar menerima bahwa tidak semua harus selesai dengan tuntas.

Lagu ini terasa seperti pelukan dalam bentuk bunyi.

Masuk ke Fase Kedua Awal Masa

Dua lagu ini menjadi bagian dari fase kedua album Awal Masa. Jika fase pertama berisi kenangan dan trauma, maka fase kedua menawarkan perspektif yang lebih dewasa. Bukan lagi tentang luka yang diceritakan, tapi luka yang mulai dipahami.

Potret Raissa Faranda untuk project GUNGS.

Raissa tak lagi sekadar menuliskan perasaan, tapi juga mencoba memaknai ulang posisi dirinya dalam setiap hubungan. Ada kedewasaan emosional yang lebih terasa, baik dalam lirik maupun produksi musiknya.

Dengarkan Jika…

  • Kamu pernah merasa dinilai semena-mena
  • Kamu pernah menyakiti seseorang tanpa niat
  • Kamu sedang belajar memahami relasi dengan lebih jujur
  • Kamu butuh lagu untuk menemani perjalanan refleksi diri

Karena pada akhirnya, dua lagu ini bukan sekadar tentang siapa yang salah atau benar. Tapi tentang keberanian untuk bilang: ya, mungkin aku juga pernah jadi luka buat orang lain.

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *