Setelah enam tahun menghilang dari panggung musik, Adrian Yunan kembali dengan sebuah karya yang bukan hanya menandai comeback-nya, tapi juga menjadi catatan perjalanan hidup yang sangat personal. Mantan bassist Efek Rumah Kaca ini mempersembahkan Jalan Keluar, sebuah album penuh kejujuran, tentang jatuh, bangkit, dan berdamai dengan kenyataan yang tak pernah direncanakan.

Sejak kehilangan penglihatan, Adrian menjalani hari-harinya dengan cara yang berbeda. Musik tak lagi sekadar suara, tapi menjadi satu-satunya medium untuk melihat, meraba, dan mengekspresikan dunia. “Jalan Keluar” bukan cuma tentang kehilangan, tapi juga tentang penerimaan, dan bagaimana luka bisa jadi ruang untuk tumbuh.

Album yang Jujur dan Penuh Suara-Suara Refleksi

Alih-alih mengisi albumnya dengan aransemen megah, Adrian memilih jalur minimalis. Lagu-lagunya terdengar sederhana tapi tidak kosong. Justru dalam keheningan itulah, kamu akan mendengar lebih banyak: suara napas, getaran perasaan, bahkan jeda yang terasa seperti pengakuan diam-diam.

Album ini terasa seperti jurnal pribadi, tapi terbuka bagi siapa pun yang sedang mencari makna. Dari lagu ke lagu, kita disuguhi cerita tentang kehilangan arah, kecemasan, dan akhirnya penemuan kembali diri. Sebuah proses yang jujur dan tidak diburu-buru.

Melihat Lewat Pendengaran: Sebuah Eksperimen Emosional

Kehilangan penglihatan justru membuat Adrian semakin peka terhadap dunia sekitarnya. Ia belajar menangkap visual lewat suara. Banyak lagu dalam Jalan Keluar terasa seperti lukisan suara—bukan hanya terdengar, tapi membentuk bayangan-bayangan di kepala pendengarnya.

Beberapa lirik bahkan terdengar seolah sedang berbicara langsung padamu. Tanpa harus dramatis, lagu-lagu ini berhasil menyentuh sisi terdalam dari kegelisahan yang kita semua kenal: rasa takut ditinggalkan, keraguan akan masa depan, dan kerinduan akan versi diri yang dulu.

Kolaborasi yang Menyatukan Gaya dan Generasi

Tak sendirian, Adrian menggandeng musisi lintas generasi seperti Cholil Mahmud, Jason Ranti, hingga Reda Gaudiamo. Kolaborasi ini bukan sekadar gimik, tapi benar-benar membawa dimensi baru dalam album. Ada dinamika, kontras, dan harmoni yang tidak dibuat-buat. Ketika Jason Ranti muncul, misalnya, kamu akan merasakan tekstur suara yang lebih raw dan jenaka, tapi tetap dalam koridor reflektif yang khas.

“Jalan Keluar” berhasil menyatukan semangat indie yang jujur dengan pengalaman personal yang tak semua musisi berani bagikan ke publik.

Sebuah Album untuk Menemani Kamu yang Sedang Mencari

Mendengarkan Jalan Keluar bukan hanya soal menikmati musik. Ini pengalaman masuk ke ruang sunyi, di mana kamu diajak duduk bersama luka, menatapnya, dan mungkin—untuk pertama kalinya—menerimanya.

Bagi Adrian, jalan keluar bukan berarti kabur. Ia justru jadi jalan masuk: menuju versi diri yang lebih utuh, yang tidak lagi menghindar dari kenyataan, tapi belajar hidup bersamanya.

Buat kamu yang sedang merasa tersesat, atau cuma butuh teman malam sunyi, album ini bisa menjadi pintu. Dan siapa tahu, dari situ kamu bisa menemukan jalanmu sendiri.

Kalau kamu siap untuk benar-benar mendengar, Jalan Keluar bisa jadi salah satu album paling jujur yang kamu temui tahun ini.

Shares: